Pulang Kemana Hari Ini?

Minimarket di Perumahan Vila Mutiara

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.

Dulu, pertanyaan sebagaimana judul postingan ini kerap melintas di benak saya, maklum kami (saya dan istri) belum cukup dua tahun ini mengarungi hidup berumah tangga. Tahun pertama kami numpang di pondok mertua indah, beberapa bulan setelahnya kami nomaden, antara rumah mertua dan rumah sendiri yang sementara di renovasi, dan dua bulan terakhir ini kami menetapkan hati untuk tinggal di rumah sendiri. Kadang baru di akhir pekan kami nginap di rumah mertua. Namun jika orangtua kami mengeluh sakit atau kerepotan menjaga cucu, kami kadang bingung mau pulang kemana.

Tinggal di rumah sendiri memang seperti surga (walaupun saya sendiri belum pernah mencium wewangian surga), mau makan-tidur-nonton-kerja bisa seenaknya. Jauh beda suasananya ketika tinggal numpang di rumah orang, walaupun itu rumah orang tua sendiri. Tapi walaupun rumah sendiri, ada beberapa hal yang membuat kami (terutama istri) masih mikir seribu kali untuk tinggal sendiri. Terus terang, saya tak pernah membiarkan istri tinggal sendirian di rumah walau beberapa jam saja. Kondisi sekitar rumah yang masih sunyi dengan fasilitas perumahan yang minim membuat saya demikian sulit meninggalkan istri sendirian di rumah, apalagi kondisi istri yang sedang hamil.

Kami tinggal di perumahan yang ada di pinggir jalan tol Makassar. Mendengar nama jalan tol, mungkin kebanyakan dari anda berpikir “Adakah perumahan di pinggir jalan tol? Layakkah manusia tinggal disana?”. Pertanyaan itu sempat juga terlintas dipikiran saya empat tahun lalu saat menetapkan hati mencicil rumah di perumahan ini. Saat itu, baru ada empat kluster perumahan, kluster perumahan yang saya beli baru mau ditimbun dan dibangun. Terletak antara jalan tol dan rawa mangrove, nyaman dan amankah tinggal disini? Perumahan kami terletak di pinggiran kota Makassar, yang berbatasan dengan kabupaten Maros. Nyaman atau tidak, cari enaknya saja.

Bayangkan dulu betapa menderitanya saya tiap hari pulang-pergi rumah (mertua, di Makassar) dan kantor (di Maros), satu jam perjalanan saya butuhkan untuk sampai ke kantor, atau dua jam umur saya habis di perjalanan tiap harinya. Bayangkan betapa senangnya saya saat “rumah” mendekat ke kantor yang berjarak “hanya” 20 menit. Sampai di rumah saya masih cukup fit untuk beraktifitas.

Sekarang sudah banyak kluster perumahan disini, mungkin ada 9 kluster dengan tiap kluster paling sedikit 50 rumah. Namun tetap saja suasana “kota” masih jauh dari harapan, masih sunyi, tidak seperti halnya di perumahan BTP yang seakan telah menjadi kota baru, sangat ramai dan macet. Bisa dipastikan Anda akan mendapatkan segala jenis kuliner di hingar-bingar malam perumahan BTP. Kalau di perumahan kami? Gigit jari, masih sunyi, penjual ubi goreng pun tak ada, apalagi penjual rujak. Entahlah, mungkin kontur tanahnya yang gersang membuat gerah pemandangan, membuat orang malas tinggal disini. Banyak orang yang membeli rumah disini, mungkin hampir semua rumah sudah ada pemiliknya, namun rumah disini kebanyakan dibeli tidak untuk ditinggali, tapi dijadikan investasi, sebagai kontrakan atau dijual kembali dengan harga selangit.

Hadirnya Rumah Sakit Sayang Rakyat yang notabene adalah Rumah Sakit Propinsi tidak banyak mengupgrade keramaian kompleks perumahan, belum lagi panti sosial dan tempat pelelangan ikan yang segera dipindahkan dari paotere. Yang kami senangnya adalah ketenangan hidup disini, tanpa hangar-bingar kota (walaupun panas dan gersang). Anak-anak tetangga yang berseliweran bermain di jalan yang terbuat dari paving blok membuat damai suasana. Terbayang saat anak kami lahir dan besar di kompleks perumahan ini.

Mau tunggu ramainya? mungkin sepuluh tahun lagi, dengan adanya kantor polisi dan ATM centre yang baru dibangun. Mungkin juga saat perumahan mewah di depan jalan masuk akan menambah ramai, mungkin juga akan ada sekolah dan puskesmas yang dibangun di perumahan ini. Sekarang, kadang ibu mertua masih menelepon anak bungsunya (istri saya), sekedar menanyakan pulang kemana kami hari ini. Dan kami akan mantap menjawab “Pulang ke rumah, di tol”.

Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri

6 thoughts on “Pulang Kemana Hari Ini?

  1. Mudah2an cepat ramai ya… Saya juga dulu merasakan hal sama ketika pertama pindah rumah di komplek. Rumah saya di Makassar malah dekat landasan pesawat di Sudiang. Tidak begitu jauhlah dari Tol…

  2. memang bahagia mas tinggal di rumah sendiri. Semoga cepet ramai Mas. Suasana tenang tak ternilai harganya.Mas untuk pertumbuhan anak-anak kita.. 🙂

Leave a reply to arip Cancel reply