Ciao Piermario Morosini

image

image

Dunia sepakbola kembali berduka. Saat pertandingan Seri B antara tuan rumah Pescara versus Livorno di Stadio Adriatico Pescara, Sabtu (14/4/2012), seorang pemain Livorno, Morosini tiba-tiba terjatuh saat mendekati kotak penalti timnya pada menit ke-31. Moro sempat terlihat tiga kali berusaha bangkit, namun akhirnya tak mampu dan kemudian tertelungkup. Seorang rekan setimnya, Pasquale Schiattarella, yang melihatnya terjerembab sendiri, langsung berteriak-teriak meminta tim medis masuk. Ia juga tampak meminta wasit menghentikan pertandingan, tapi sempat terabaikan karena wasit dalam posisi membelakangi mereka. Selama beberapa menit petugas kesehatan melakukan penanganan darurat. Mobil ambulans kabarnya sedikit kesulitan masuk ke dalam stadion karena pintu darurat terhalang mobil polisi. Disebutkan bahwa penanganan pada Morosini terhambat sekitar enam menit. Meski sebelumnya ada yang media setempat yang mengabarkan Morosini tewas di dalam ambulans, tapi ia dipastikan meninggal dunia setibanya di rumah sakit Civilo Spirite Santo. Begitu kabar meninggalnya Morosini terdengar, rekan-rekan setim almarhum yang menyusul ke rumah sakit, tumpah tangisnya dan meraung-raung penuh duka.

Tragedi Morosini terjadi ketika publik sepakbola masih terbayang-bayang dengan insiden kolapsnya pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba, di lapangan, saat pertandingan melawan Tottenham Hotspur di Piala FA, 18 Maret lalu. Muamba sangat beruntung karena nyawanya terselamatkan meski jantungnya sempat berhenti total selama 78 menit. Pemain berusia 24 tahun itu saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Gangguan jantung yang menyergapnya di lapangan itu disebut cardiac arrest, sama seperti yang menyerang Morosini.

Awalnya, tak banyak yang mengenal Morosini, termasuk saya. Namun setelah meninggalnya, saya jadi sedikit tahu tentangnya. Saya kutip dari wikipedia, Piermario Morosini adalah seorang Pemain sepak bola Italia yang bermain sebagai gelandang bertahan untuk Livorno, dipinjam dari Udinese. Pada 14 April 2012, dalam pertandingan Pescara- Livorno, Morosini menderita penyakit jantung dan meninggal. Moro lahir di Bergamo, Italia tanggal 5 Juli 1986.

Karier junior
Atalanta

Karier senior
Tahun Tim Tampil (Gol)
2005–2007 Udinese 5 (0)
2006–2007 → Bologna (pinjaman) 16 (0)
2007–2009 Vicenza 66 (1)
2009–2012 Udinese 0 (0)
2009–2010 → Reggina (pinjaman) 17 (0)
2010 → Padova (pinjaman) 14 (0)
2011 → Vicenza (pinjaman) 15 (0)
2012 → Livorno (pinjaman) 8 (0)
Total 141 (1)

Tim nasional
2001–2003 Italy U-17 16 (1)
2003–2004 Italy U-18 7 (0)
2004–2005 Italy U-19 12 (0)
2005–2007 Italy U-20 3 (0)
2006–2009 Italy U-21 18 (0)

Setelah kabar meninggalnya Moro, FIGC, PSSInya Italia menunda seluruh jadwal pertandingan Liga Italia. Vicenza, klub sepakbola Italia yang pernah dibela Moro pun mengabadikan nomor punggungnya, 25, tanpa ada yang boleh memakainya lagi.

Sedikit kisah hidup Moro, ternyata cukup menyedihkan. Mungkin tak ada satupun fans sepakbola yang mengenal siapa Morosini sebelum ini. Maklumlah, Morosini lebih banyak malang melintang di klub-klub kecil seperti Vicenza, Reggina, Padova, dan Livorno. Meskipun ia sempat memperkuat Udinese dan Bologna, tapi masa tinggalnya di sana sangatlah singkat. Di level timnas, Morosini hanya sempat memperkuat level U-17, U-18,
U-19, U-20 dan U-21.

Kariernya yang terhitung biasa-biasa dengan 141 penampilan dan satu gol, sejak debut profesionalnya tahun 2005, pun setali tiga uang dengan cerita kehidupannya yang sungguh memilukan. Morosini harus kehilangan ibunya tahun 2001 ketika umurnya 15 tahun, lalu ia menjadi yatim-piatu setelah sang ayah meninggal dua tahun setelahnya. Tak lama adiknya harus meninggal karena insiden bunuh diri. Setelahnya Morosini hidup bertiga dengan kakak laki-laki dan perempuan, yang menderita cacat.

“Dia sangat baik sekali, selalu membantu keluarganya. Dialah Piermario Morosini,” tutur eks pelatihnya di akademi Atalanta, Mino Favini, seperti dilansir Football Italia. “Dia tumbuh bersamaku di Atalanta dan aku melihatnya bermain ketika masih kecil. Dia adalah pribadi fantastis yang selalu ingin menolong siapapun. Dia hidup untuk keluarganya,” sambungnya.
“Meskipun ia adalah orang yang sangat tidak beruntung. Ketika masih kecil dia kehilangan kedua orangtuanya, Kedua kakaknya mengalami cacat fisik. Adik laki-lakinya pun bunuh diri dengan melompat dari jendela. Kehidupannya sangatlah tidak beruntung.”.

“Udinese mengontraknya dari kami dan dia sangat bertalenta. Dia punya karier yang hebat, semua rekannya menghormatinya. Kemana dia pergi, orang-orang memujinya. Dia berhati emas,” tuntas Favini. “Meskipun ia mempunyai banyak masalah keluarga, Moro selalu tersenyum dan tidak pernah ingin masalah itu menganggunya. Seperti itulah saya ingin mengingatnya,” tukas eks rekan setimnya di Vicenza, Raffaele Schiavi.

Kejadian Morosini itu pun seakan membuka kembali “luka” dunia sepakbola terkait mereka mereka yang meninggal di lapangan akibat serangan jantung. Sebelumnya ada Marc-Fivien Foe, Miklos Feher, Serginho, Antonio Puerta dan Phill O’Donnel.
Selamat jalan, ciao Morosini!

Copasan : wikipedia, detik

2 thoughts on “Ciao Piermario Morosini

Leave a comment