Happy Place: Odong-odong Elektrik

In response to The Daily Post’s weekly photo challenge: “Happy Place.”

Komedi Putar

Dimanapun, “wahana permainan” ini selalu dirindukan anak-anak, tak terkecuali Khal. Dia menyebutnya “odong-odong”. Saya pikir ini bukan odong-odong, tapi kereta putar elektrik. Miripnya dengan odong-odong karena disertai alunan tembang anak-anak. Bedanya, kereta putar ini memakai tenaga listrik dari aki, bukan tenaga betis seperti odong-odong konvensional. Kreatif, tukang odong-odong tak perlu khawatir betis pecah gara-gara mengayuh odong-odongnya.

Hampir tiap malam Khal merengek minta naik odong-odong, apalagi kalau melewatinya saat menjemput dari tempat penitipan. Tarifnya lumayanlah, lima ribu tiga lagu. Jauh lebih murah dibanding permainan serupa di temson. Masalahnya, tiga lagu tak cukup memuaskan hasrat main Khal. Mungkin seratus lagu pun tak cukup. Selain soal duit yang pastinya terbatas, waktu pulang jadi tak terkontrol. Saat lagu ketiga selesai, kami mengajaknya pulang. Walaupun sia-sia karena pasti diakhiri tangisan dan amukan.

Kami sudah berdialog dengannya sebelum diizinkan naik odong-odong. Kami menyebutnya perjanjian pra odong-odong, memintanya berjanji untuk tidak menangis ketika lagu ketiga selesai. Khal sudah berjanji dengan bilang “Iya”, bahkan diiming-imingi naik odong-odong lagi besoknya. Tapi namanya anak-anak pasti menangis sejadinya bila disuruh berhenti main. Syukurlah sekarang-sekarang tangisannya tak terlalu keras dan tak lama. Khal berangsur belajar sabar. Tapi inilah tempat favoritnya, sederhana memang, tapi membahagiakannya.

One thought on “Happy Place: Odong-odong Elektrik

Leave a comment